Jurnalisme Warga Kuliner
Beranda » Menu Olahan Ikan Laut di Kantor Bupati Tabanan (Sebuah Ulasan Kuliner)

Menu Olahan Ikan Laut di Kantor Bupati Tabanan (Sebuah Ulasan Kuliner)

Rencana menu olahan ikan di Penggak, PDDS area kantor Bupati Tabanan.

Tabanan – Sebelum saya memulai cerita ini, mohon diperhatikan bahwa ini adalah menu uji coba yang akan disajikan di Penggak, Perusahaan Daerah Dharma Santika (PDDS) di area kantor Bupati Tabanan.

Kenapa ini perlu saya ceritakan, menu olahan ikan laut ini bisa menjadi salah satu referensi makan siang di Kota Tabanan. Karena memang pilihan menu ikan laut menurut saya cukup sulit ditemukan.

Jika ada, mungkin harganya lumayan. Lumayan buat kantong saya.

Siang, sekitar Pukul 12.30 WITA saya bersama rekan hendak ngopi di Penggak, PDDS area Kantor Bupati Tabanan. Seperti biasa, pilihannya adalah kopi susu.

Kebetulan saat itu, bertemu dengan direktur teknis PDDS Made Pasek. Sempat bertegur sapa sebentar. Lalu saya menikmati kopi dan ngobrol.

Prof Suwindia Nahkodai Institut Mpu Kuturan, Singaraja

Obrolan sedang mengalir, tiba-tiba Made Pasek membawakan sepiring sate. Selain itu ada dua bungkus, mirip olahan Tum. “Dicoba Ga, rencana menu baru,” ujarnya.

Saya pun sempat menanyakan, menu apa ini?, Dijawab oleh Made Pasek adalah olahan ikan laut.

Rencana menu olahan ikan di Penggak, PDDS area kantor Bupati Tabanan.

Dilihat dengan lebih seksama, hidangan ini terdiri dari lima tusuk sate. Dua sate tusuk dan tiga sate lilit serta dua Tum dan tambahan dua jenis sambel. Sambel mentah dan sambel cabai. Sebagai orang yang berasal dari daerah pesisir pantai, cukup lumayan tertarik dengan hidangan ini.

Oh ya, untuk sate tusuk saya tidak ada masalah. Sangat cocok. Sudah sebelas dua belas dengan sate ikan di Pesinggahan, Klungkung. Dipadukan dengan sambel matah atau sambel cabai sudah sangat pas.

Untuk Tum ikannya juga sudah sesuai selera saya. Gurih dan ada rasa pedasnya. Tentunya ditambah dengan nasi putih ini akan menjadi menu makan siang yang memuaskan selera.

Empat Pendaki Tersesat di Gunung Batukaru Berhasil Dievakuasi Selamat

Cuman, kurangnya masih pada sate lilit. Bagi saya agak kurang kering. Sate ini juga berbeda dengan di Pesinggahan. Jika Pesinggahan mungkin full menggunakan daging ikan. Tapi di Penggak PDDS ini terasa campuran kelapanya. Ini bukan masalah, saya tetap suka. Cuman tingkat kekeringannya saja.

Untuk harga, kata salah satu orang di Penggak PDDS bilang akan dibanderol Rp 20 ribu. Plus ada tambahan sayur urab atau plecing kangkung. Itu sudah termasuk nasi putih. Ini cocok sich.

Tapi, klo bisa sekalian sup ikan atau minum, hehehee. Namun, harga Rp 20 ribu tidak akan masuk.

Sebagai upaya bisnis ini tentunya hal positif untuk Penggak PDDS. Karena ada tambahan menu untuk pelanggan makan. Untuk sudut pandang yang lebih luas, ini bisa ikut mendukung program pemerintah dalam hal peningkatan gizi, apalagi upaya untuk memberantas stunting.

Karena setahu saya, stunting sudah harus dicegah sejak bayi dalam kandungan. Caranya dengan asupan gizi pada ibu hamil.

Gong Kebyar Legendaris Hipnotis Gubernur Koster hingga Detik Akhir, Minta Dukungan Krama Bali agar Seni Hidup Selamanya

Selain makan sendiri, olah ikan laut ini juga dicoba oleh beberapa rekan yang duduk di sekita saya. Kelihatannya sich Ok. Bisa jadi mereka juga tertarik dan akan membeli nanti.

Bagi yang lewat di depan kantor Bupati Tabanan atau penunggu pasien di RSUD Tabanan, jika ingin makan olahan ikan nantinya bisa singgah ke Penggak PDDS.

Tapi, tunggu dulu menunya resmi di launching. Mudah-mudahan ada undangan untuk mencoba lagi.Hehehee

Siang itu, obrolan mengalir dan ngalor-ngidul sambil makan sate ikan dan menyeruput kopi susu. Suasana cukup asik. Oh ya, saya tidak menambahkan nasi karena sedang mengurangi karbohidrat.

Tidak terasa obrolan kami sampai pada situasi Indonesia. Kata teman saya sich, sulit untuk hidup menjadi orang yang idealis di negeri ini. Karena menurutnya, idealisme akan layu di negara yang penuh dengan kompromi. Saya mengiyakan hal ini.

Apalagi, tambah teman saya ini. Orang-orang pintar dan jenius lebih berkembang serta sukses jika berada di luar negeri. Saya juga mengiyakan hal ini.

Saya lantas mencontohkan seorang B.J Habibie. Orang yang sebelum menjadi presiden berambisi membuat pesawat terbang. Malah ketika menjadi presiden upaya ini makin hilang hingga sekarang.

“Habibie dihargai di Jerman, punya puluhan hak paten penemuan. Di sini, ya begitu saja,” ujar teman saya.

Ini saya iyakan lagi. Setahu saya, Habibie memang tidak menghafal nama-nama ikan.

Jadi, mari kita makan ikan. (*)

 

Penulis: I Made Argawa.

Berita Populer

#1

Liburan Usai, 37 Ribu Lebih Turis Tinggalkan Bali

#2

Tahun Ini DTW Tanah Lot Targetkan Pemasukan Hingga Rp 58 Miliar

#3

Tim SAR Gabungan Evakuasi Jenazah Dari Bawah Tebing Uluwatu, Diduga WNA

#4

Sempat Viral, Pelaku Penganiayaan di Denpasar Selatan Ditangkap

#5

Bawaslu Tabanan Apresiasi Jajaran Ad Hoc: Terimakasih Panwascam, PKD Hingga Pengawas TPS

Follow Us

     

Bagikan